HELLO,......

Sabtu, 26 Juli 2008

Hidup Sederhana dan Indah

Minggu lalu saya traveling menyusuri Pekan Baru - Paya Kumbuh – Padang lewat jalan darat.

Sebuah pengalaman yang sangat berharga, terutama saya berkesempatan mempertajam sensitifitas saya terhadap SIMPLE-nya hidup ini di peta-peta pikiran orang yang jauh dari kota.

Saya naik mobil travel sewaan dan berkesempatan duduk dan ngobrol dengan penumpang dari berbagai kelas ekonomi.

Seorang nenek dan cucunya di sebelah saya, terutama, sangat menyenangkan.

Saya sempat kaget di sebuah pom bensin, nenek tersebut membeli 2 potong semangka, saya mengira untuk dia dan cucunya, ternyata satu ditawarkan ke saya.

Saya jadi teringat kampung halaman, dimana di tempat terpencil, seolah semua orang mengenal semua orang, dan hidup begitu SEDERHANA!

Di setiap perhentian, saya mengambil kesempatan membeli sesuatu di warung-warung untuk mempelajari cara berinteraksi orang setempat.

Dan paling terkesan saat saya sedang membeli air mineral di sebuah warung, mengintip dari warung ke dalam rumah, tiga orang anak kecil sedang bermain dengan ceria.

Mereka bertiga mengkaitkan kaki satu sama lain sambil berloncat-loncatan dengan riang (saya lupa nama permainan tersebut).

Saat ibu mereka yang sedang melayani saya di warung tahu saya mengintip ke dalam, dia ikut tertawa bersama saya. Wasn’t that BEAUTIFUL?

Sesaat saya berpikir, hidup semua orang bisa sesederhana itu. Bermain dan tertawa dengan lepas.

Jika semua memilih untuk melihat dari SISI TERANG KEHIDUPAN, seperti kata lagu di atas.

Di peta pikiran mereka mungkin tidak ada video games, baju baru, mal, dan lain-lain.

Mungkin juga ada, tapi mungkin dalam realita mereka itu bukan untuk mereka, sehingga tidak terbawa pikiran.

Seperti kata orang bijak “If you mind it matters, if you don’t mind it doesn’t matter!”

Saat cucu sang nenek tertidur pulas sepanjang 2 jam perjalanan yang tersisa, saya juga jadi teringat anak saya.

Saat mereka tidur, mereka tidur. Saat mereka bermain, mereka bermain.

LIFE IS SIMPLE AND BEAUTIFUL!

Lalu saat kembali dengan pesawat dari Padang ke Jakarta, terdengar sebuah suara yang sangat familiar dari radio announcer, memberi petuah-petuah bijak.

Saya tahu ini tidak biasa, di samping suaranya sangat familiar.

Saya mengintip ke depan, saat itu curtain ke kelas bisnis terbuka.

Dan terlihatlah di situ sosok AA Gym, dengan santai berbicara melalui announcer.

Para penumpang domestik, termasuk saya, menikmati sekali tutur bijak tersebut.

Dan yang paling saya ingat adalah ‘pesan’ beliau; kunci hidup senang adalah ‘jangan mudah tersinggung dan jangan mudah menyinggung’.

Saya senyum, dan berkata dalam hati, bisa jadi tambahan berharga untuk ‘pesan’ saya ke milis kita hari ini.



Salah satu line dari Hamlet adalah “Setiap hal itu tidak ada yang baik atau buruk. Pikiran kita yang membuat itu baik atau buruk”

Mau dibawa senang bisa, dibawa susah juga bisa.

Saat kita melihat hidup ini sulit, sulitlah hidup kita.

Saat kita melihatnya sebagai SEDERHANA, maka terjadilah ke-SEDERHANA-an.

Saat kita mencari keburukan hidup, kita juga akan menemukannya!

Saat kita ingin melihat KEINDAHAN hidup, kita akan melihatnya.


LIFE IS SIMPLE AND BEAUTIFUL.

Adalah PILIHAN kita untuk menentukan bagaimana kita melihat dan merasakan hidup!

Seperti kata lagu di atas, just whistle, laugh, smile, dance, and sing!

Kapan terakhir Anda begitu bersyukur dan menikmati hidup?


Have a simple and beautiful life!

______________________________________________________

Senin, 21 Juli 2008

Life Mapping Sebagai Visi Sukses

Dahulu sebenarnya topik ini sudah pernah saya kirim lewat milis di TargetPositif.Com, tapi saya ingin menulisnya lagi di sini agar semua bisa membaca :)

Sukses bukanlah sekedar mampu secara ekonomi atau mempunyai gelar. Agar kita bisa sukses, maka kita perlu membuat perencanaan. Merencanakan kesuksesan berarti merencanakan semua aspek dalam hidup, atau melakukan life mapping. Sama seperti layaknya peta, kita perlu menentukan hal berikut:

Tempat Asal: Siapa Diri Anda

Dalam menggunakan peta pasti ada titik awal. Titik awal kita adalah siapa diri kita sekarang ini.

Kebanyakan orang ketika diminta memperkenalkan diri akan berkata, “Halo, nama saya Dewi, 25 tahun, pegawai swasta.” Ini sebenarnya tidak memperlihatkan siapa si Dewi sebernarnya.

Mengetahui diri sendiri berarti mengetahui kepercayaan, nilai, dan prinsip di luar keadaan ekonomi, budaya, atau profesi kita.

Tujuan: Ingin Menjadi Apa

Kita ingin menjadi apa nantinya, inilah visi Anda. Agar bisa mengetahui jawabannya, maka kita perlu mengenal diri sendiri terlebih dahulu, sehingga kita tahu mana yang ingin kita ubah. Tujuan kita sebaiknya meliputi berbagai hal, seperti fisik, emosi, intelektual, dan juga spiritual.

Kendaraan: Misi Kita

Untuk bisa mencapai tujuan, kita perlu kendaraan. Misalnya Dewi ingin menjadi dokter, maka kendaraanya adalah kuliah di jurusan kedokteran. Untuk memilih kendaraan juga tergantung sejauh mana kita mengerti akan kemampuan kita.

Travel Bag: Pengetahuan, Keahlian, dan Sikap

Dalam travel bag, biasanya ada makanan, minuman, dan obat-obatan sebagai bekal. Dalam perjalanan hidup, kita perlu berbekal pengetahuan, keahlian, dan sikap. Ini akan membantu kita dalam mewujudkan visi kita. Lagi-lagi kita perlu mengetahui tingkat pengetahuan, keahlian, dan sikap diri sendiri, agar dalam perjalanannya kita tahu apa yang harus kita tingkatkan.

Landmark dan Rute: Objektif Kita

Landmark dalam perjalanan hidup kita adalah petunjuk yang menentukan bahwa kita telah berada pada jalur yang tepat, sedangkan rute menentukan lama waktu perjalanan. Landmark adalah ukuran kesuksesan kita. Ukuran tersebut haruslah spesifik, dapat diukur, bisa dicapai, realistis, dan terikat waktu.

Kita tak bisa punya dua landmark, seperti misalnya meraih gelar master dan doctor dalam waktu dua tahun. Dalam contoh Dewi tadi, dia menentukan landmark, yaitu: selesai kuliah umur 22 tahun, dan menjadi dokter spesialis bedah pada umur 30 tahun.

Antisipasi Belokan, Putaran, dan Lubang di Jalan

Tujuan life mapping adalah mencegah kita bertindak tergesa-gesa dan tak beraturan. Tapi, kadang rencana kita bisa berubah seiring perjalanan kita karena situasi tertentu. Hidup seperti layaknya jalan, ada belokan, putaran, tanjakan, dan lubang. Kita harus mampu mengantisipasi hal-hal tersebut, dan kita juga harus bisa menyesuaikan keadaan ketika ada perubahan jalur.

Rabu, 16 Juli 2008

Inspirasi

[Inspirasi & Motivasi] Bergerak

Bergerak
“Sebagian besar orang yang melihat belum tentu bergerak, dan yang bergerak belum tentu menyelesaikan (perubahan).”

Kalimat ini mungkin sudah pernah Anda baca dalam buku baru Saya, “ChaNge”. Minggu lalu, dalam sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat, iseng-iseng Saya mengeluarkan dua lembaran Rp 50.000. Di tengah-tengah ratusan orang yang tengah menyimak isi buku, Saya tawarkan uang itu. “Silahkan, siapa yang mau boleh ambil,” ujar Saya. Saya menunduk ke bawah menghindari tatapan ke muka audiens sambil menjulurkan uang Rp 100.000.

Seperti yang Saya duga, hampir semua audiens hanya diam terkesima. Saya ulangi kalimat Saya beberapa kali dengan mimik muka yang lebih serius. Beberapa orang tampak
tersenyum, ada yang mulai menarik badannya dari sandaran kursi, yang lain lagi menendang kaki temannya. Seorang ibu menyuruh temannya maju, tetapi mereka semua tak bergerak. Belakangan, dua orang pria maju ke depan sambil celingak-celinguk.

Orang yang maju dari sisi sebelah kanan mulanya bergerak cepat, tapi ia segera menghentikan langkahnya dan termangu, begitu melihat seseorang dari sisi sebelah kiri lebih cepat ke depan. Ia lalu kembali ke kursinya. Sekarang hanya tinggal satu orang saja yang sudah berada di depan Saya. Gerakannya begitu cepat, tapi tangannya berhenti manakala uang itu disentuhnya. Saya dapat merasakan tarikan uang yang dilakukan dengan keragu-raguan. Semua audiens tertegun.

Saya ulangi pesan Saya, “Silahkan ambil, silahkan ambil.” Ia menatap wajah Saya, dan Saya pun menatapnya dengan wajah lucu. Audiens tertawa melihat keberanian anak muda itu. Saya ulangi lagi kalimat Saya, dan Ia pun merampas uang kertas itu dari tangan Saya dan kembali
ke kursinya. Semua audiens tertawa terbahak-bahak. Seseorang lalu berteriak, “Kembalikan, kembalikan!” Saya mengatakan, “Tidak usah. Uang itu sudah menjadi miliknya.”

Setidaknya, dengan permainan itu seseorang telah menjadi lebih kaya Rp.100.000. Saya tanya kepada mereka, mengapa hampir semua diam, tak bergerak. Bukankah uang yang Saya sodorkan tadi adalah sebuah kesempatan? Mereka pun menjawab dengan berbagai alasan:

“Saya pikir Bapak cuma main-main ............”
“Nanti uangnya toh diambil lagi.”
“Malu-maluin aja.”
“Saya tidak mau kelihatan nafsu. Kita harus tetap terlihat cool!”
“Saya enggak yakin bapak benar-benar akan memberikan uang itu .....”
“Pasti ada orang lain yang lebih membutuhkannya....”
“Saya harus tunggu dulu instruksi yang lebih jelas.....”
“Saya takut salah, nanti cuma jadi tertawaan doang.........”
“Saya, kan duduk jauh di belakang...”
dan seterusnya.

Saya jelaskan bahwa jawaban mereka sama persis dengan
tindakan mereka sehari-hari. Hampir setiap saat kita dilewati oleh rangkaian opportunity (kesempatan), tetapi kesempatan itu dibiarkan pergi begitu saja. Kita tidak menyambarnya, padahal kita ingin agar hidup kita berubah. Saya jadi ingat dengan ucapan seorang teman yang dirawat di sebuah rumah sakit jiwa di daerah Parung. Ia tampak begitu senang saat Saya dan keluarga membesuknya. Sedih melihat seorang sarjana yang punya masa depan baik terkerangkeng dalam jeruji rumah sakit bersama orang-orang tidak waras. Saya sampai tidak percaya ia berada di situ. Dibandingkan teman-temannya, ia adalah pasien yang paling waras. Ia bisa menilai ”gila” nya orang di sana satu persatu dan berbicara waras dengan Saya. Cuma, matanya memang tampak agak merah. Waktu Saya tanya apakah ia merasa sama dengan mereka, ia pun protes. ”Gila aja....ini kan gara-gara saudara-saudara Saya tidak mau mengurus Saya. Saya ini tidak gila. Mereka itu semua sakit.....”. Lantas, apa yang kamu maksud
’sakit’?”

”Orang ’sakit’ (gila) itu selalu berorientasi ke masa lalu, sedangkan Saya selalu berpikir ke depan. Yang gila itu adalah yang selalu mengharapkan perubahan, sementara melakukan hal yang sama dari hari ke hari.....,” katanya penuh semangat.” Saya pun mengangguk-angguk.

Pembaca, di dalam bisnis, gagasan, pendidikan, pemerintahan dan sebagainya, Saya kira kita semua menghadapi masalah yang sama. Mungkin benar kata teman Saya tadi, kita semua mengharapkan perubahan, tapi kita tak tahu harus mulai dari mana. Akibatnya kita semua hanya melakukan hal yang sama dari hari ke hari, Jadi omong kosong perubahan akan datang. Perubahan hanya bisa datang kalau orang-orang mau bergerak bukan hanya dengan omongan saja.

Dulu, menjelang Soeharto turun orang-orang sudah gelisah, tapi tak banyak yang berani bergerak. Tetapi sekali bergerak, perubahan seperti menjadi tak terkendali, dan perubahan yang tak terkendali bisa menghancurkan misi perubahan itu sendiri,
yaitu perubahan yang menjadikan hidup lebih baik. Perubahan akan gagal kalau pemimpin-pemimpinnya hanya berwacana saja. Wacana yang kosong akan destruktif.

Manajemen tentu berkepentingan terhadap bagaimana menggerakkan orang-orang yang tidak cuma sekedar berfikir, tetapi berinisiatif, bergerak, memulai, dan seterusnya. Get Started. Get into the game. Get into the playing field, Now. Just do it!. Janganlah mereka dimusuhi, jangan inisiatif mereka dibunuh oleh orang-orang yang bermental birokratik yang bisanya cuma bicara di dalam rapat dan cuma membuat peraturan saja. Makanya tranformasi harus bersifat kultural, tidak cukup sekedar struktural. Ia harus bisa menyentuh manusia, yaitu manusia-manusia yang aktif, berinisiatif dan berani maju. Manusia pemenang adalah manusia yang responsif. Seperti kata Jack Canfield, yang menulis buku Chicken Soup for the Soul, yang membedakan antara winners dengan losers adalah “Winners take action…they simply get up and do what has to
be done…”. Selamat bergerak!